Semakin lama kaki ini tertatih meniti jarak y ntah berujung dimana.
Detak jantung kian berirama tak menentu berharap sebuah kepastian y semu.
Nadi ini kan terus mengalirkan darah kesetiaan Meski nafas trus memburu
Kuteguk nikmatnya air cinta y tersiram bagai fatamorgana dilantai penantian.
Tiada penyesalan, langkah ini pun smakin tertatih.
Hati tak mampu menampung rasa y kian mendesak tuk tercurah di dinding wajah sang pemuja.
Alam makin beranjak membawa kelakar makhluk tak tau zaman.
Dunia makin tua, serenta penantianku.
Detik trus bergulir menyeruak denting y smakin nyaring dikesunyian tirai malam.
Menanti sebuah sinar y tak kunjung menyapa.
Kilau bintang mengerdip ke arahku, mengajakku tersenyum tuk hargai kesetiaanku.
Bintang...
Sampai di sini, kaulah buat aku membubuhkan kenangan pada malam dg seutai senyuman.
Kata mereka "Maniesst..", aku tersanjung, tapi itu tak berarti apa-apa.
Aku tetap aku, kau tetap kau, tak ada y mengertiku.
Tapi, dia pernah menyatakannya, dan aku terkesima olehnya.
Wahai batu pengantin, saksikan kebisuanku menilai caranya menilaiku.
Keletihan y dia rasa tak ubahnya letih y menyelimutiku.
Kurengkuh harapan ini dalam sujud penuh cinta dihadapMu...
Ketika bintang meredup, semoga matahari masih terang.
Selama itu aku kan terus setia menuai asa membumbung angkasa biru.
Menata hidup tuk masa depan...
(kado terindah :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar